Gairah Nafsu Dewasa

From In Bucuresti
Revision as of 07:20, 24 September 2024 by 188.215.235.35 (talk) (Created page with "<br>Cerita Gairah Dewasa, Pengaruh Dukun Membuatku Pasrah pada Perkosa - Namaku Nita. Aku seorang guru berumur 28 tahun. Di kampungku di kalangan Sumatera, aku lebih dikenal sambil sebutan Bu Miah. Aku mau meriwayatkan uni kepandaian hitam nan terjalin pada diriku semenjak enam candra nan lalu beserta terus berlarut-larut hingga kini. Ini semua terbit akibat kesalahanku sendiri. Kisahnya demikian ini, tebak-kira enam rembulan nan lalu aku mengikuti tuturan andaikan suami...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search


Cerita Gairah Dewasa, Pengaruh Dukun Membuatku Pasrah pada Perkosa - Namaku Nita. Aku seorang guru berumur 28 tahun. Di kampungku di kalangan Sumatera, aku lebih dikenal sambil sebutan Bu Miah. Aku mau meriwayatkan uni kepandaian hitam nan terjalin pada diriku semenjak enam candra nan lalu beserta terus berlarut-larut hingga kini. Ini semua terbit akibat kesalahanku sendiri. Kisahnya demikian ini, tebak-kira enam rembulan nan lalu aku mengikuti tuturan andaikan suamiku ada tali silam serupa seorang guru dekat sekolahnya. Suamiku juga seorang guru pada sekolah medium di kampungku. Dia keluaran institut lokal sedangkan aku belaka seorang guru asisten. Yang terbayangkan saat itu belaka nasib sepasang anakku nan lagi kecil. Secara benda, sebetulnya aku tengah menawan akibat kedua anakku menetek botol. Cuma biasalah yang namanya laki-laki, dan sekiranya secantik apapun isterinya, tetap mau terpikat plus kapita lain, pikirku. Diam-diam aku pergi ke bait seorang cenayang nan pernah kudengar ceritanya ketimbang rekan-rekanku dekat sekolah. Aku pergi sonder keahlian sapa juga, kendati teman karibku biarpun. Pak Jarwo adalah seorang paranormal yang tinggal dalam kampung memintas, squirting jadi tentulah warga negara-kepala kampungku tidak buat tahu tersem-bunyi aku berjumpa dengannya. Di situlah berawalnya titik hitam dalam hidupku hingga yaum ini. Pak Jarwo orangnya ceking dengan pendek. Tingginya bisa jadi tidak jauh lantaran 150 cm. Kalau berdiri, ia cuma sedadaku. Usianya kutaksir sekitar 40-an, menjelang setengah sepuluh dasawarsa. Ia punya janggut murni yang sedang panjang. Gigi selanjutnya bibirnya berkerumun atas suka merokok. Aku lagi ingat saat itu Pak Jarwo mengisahkan bahwa suamiku telah terkena guna-guna warga negara. Ia lalu menata suatu ramuan nan katanya minuman remedi akan menahan diriku berawal terkecoh tenung wanita tersebut lagi menyuruhku meminumnya. Setelah kira-tebak lima menit meminum tirta obat tersebut kepalaku menjadi ringan. Perasaan vitalitas nan tidak dapat dibendung melanda diriku selaku mendadak. Pak Jarwo kemudian menyuruhku tergelintang telentang dekat atas tikar serabut dekat lapangan tamu rumahnya. Setelah itu ia mulai membacakan entitas yang tidak kupahami pula meniup berulang kali ke segala badanku. Saat itu aku tinggal integral berpakaian baju kurung kepada mengajar ke sekolah pada petangnya. Setelah itu aku merasa agak mengkhayal. Antara terlena selanjutnya terkejut aku merasakan pengaruh Pak Jarwo mencura pada pengait baju kurungku. Aku tidak berkuasa melakukan segalanya-segalanya melainkan merasakan gelora nan amat payah dengan amat mengutamakan usapan maskulin. Putingku terasa menonjol. Celah kemaluanku terasa simpatik dengan mulai becek. Aku dapat merasakan Pak Jarwo memanggul kepalaku ke atas bantal serta membetulkan tudungku. Selanjutnya ia menanggalkan pakaianku satu-persatu. Setelah aku bertangkup tanpa sehelai pakaian meski selain tudungku, Pak Jarwo mulai menjalar paket dadaku dahulu serta kemudian mengulum kelentit tetekku dan muris. Ketika itu aku terasa amat berat menjumpai membuka punat. Setelah aku terserang sedikit gaya kembali, aku merasa maha- bergairah. Kemaluanku sudah mulai banjir. Aku berhasil menggerakkan tanganku pula terus mencapai majikan Pak Jarwo nan sedang berada dicelah selangkanganku. Aku menekan-nekan kepala Pak Jarwo pada agak piawai agar jilatannya lidahnya masuk lebih dalam lagi. Aku mengaduh seraya membuka mataku nan lama terpejam. Alangkah terkejutnya aku saat aku membuka mataku tertumbuk pandangan dalam samar-samar ada rangkap figur berlainan sedang duduk bersimpuh menghadapku serta memandangku lewat netra yang tidak mengedip. "Bu Miah," tegur seorang lanang nan sedang belum kukenali, nan duduk di sepotong kanan badanku yang telanjang jangap. Setelah kuamat-amati barulah aku bisa mengenalinya. "Leman," jeritku dalam fuad. Leman ialah warga Pak Semail pakar tipar sekolahku nan baru semata-mata habis ujian akhirnya. Aku agak gelisah maka malu. Aku jika meronta selama melepaskan diri sebab kekuasaan Pak Jarwo. Menyadari bahwa aku telah sadarkan diri, Pak Jarwo menjadikan kepalanya semenjak retakan selangkanganku serta bersikap. "Tak barang apa Bu, mereka berdua ini entong murid saya," ujarnya sambil jarinya main-main kembali menggosok-gosok kemaluanku yang basah basah. Sebelah lagi tangannya digunakan akan mendorong kembali kepalaku ke bantal. Aku penaka keturunan Adam yang sudah kena magi terus jelampah kembali lagi menggombeng kangkanganku sonder disuruh. Aku mengejam benih kembali. Pak Jarwo melantik kedua kakiku lagi diletakkannya ke atas bahunya. Saat dia mengukuhkan bahunya, punggungku lumayan ikut timbul. Pak Jarwo mulai melembai kembali lambe vaginaku demi besar perut dengan terus dijilat hingga ke ruang antara kelentit selanjutnya duburku. Saat lidahnya nan basah itu mulai di pigura duburku, terasa materi nan menggelikan bergerak-getar dalam situ. Aku merasa kegelian serta nikmat yang amat sangat. "Leman, Kau pergi ambil patra bersih di ujung pembaringan. Kau Ramli, ambil kemenyan bersama bekasnya sekalian dekat ujung itu," suruhan Pak Jarwo kepada kedua budak muridnya. Aku terpegun dan terus membuka alat penglihat. "Bu ini rawatan mula-mula, duduk ya," arahan Pak Jarwo kepadaku. Aku ganal kerbau dicocok indra penciuman langsung mencontoh suruhan Pak Jarwo. Aku duduk serta sesisi lengan menuntaskan pokok dadaku yang tegang bersama paksa lagi mencapai pakaianku nan bersepah buat mencukupi unsur kemaluanku nan terbuka. Setelah menggapai baju kurungku, kututupi anasir pinggang ke bawah beserta kemudian membetulkan tudungku perlu menyungkup akibat dadaku. Setelah barang-barang yang diminta tersedia pada dekat Pak Jarwo, ia menandakan rawatannya. Kedua muridnya canggung mencuri pandang ke maksud dadaku yang kucoba tutupi karena selendang walakin tetap jelas terbukti kedua payudaraku yang besar dengan kafi dalam bawah sungkup tersebut. "Ini saya beritahu Ibu bahwa ada magi nan sudah mengenai giliran-potongan spesifik di forum Ibu. Aku mempertimbangkan tepat ke sudut Pak Jarwo pula kemudian pandanganku bidis untuk Leman bersama Ramli. "Nggak apa-segala apa, Bu… mereka ini sedang mencari ilmu, haruslah mereka tengadah," menangkis Pak Jarwo seolah-olah memahami perasaanku. Aku saja lalu tengkurep pada atas tikar bengkung itu. Pak Jarwo menarik tenunan baju kurungku nan dirasa mengganggunya lalu dilempar ke bingkai. Perlahan-lahan dia memijit punggungku nan padu suci berisi demi minyak nan tadi diambilkan Leman. Aku merasa mereka-reka kembali, punggungku terasa tegang menahan kenikmatan lumuran petro Pak Jarwo. Kemudian kurasakan ketupat bengkulu Pak Jarwo menarik potongan pinggangku ke atas seolah-olah mendiktekan aku menyungging dalam perihal tengkurep tersebut. Aku menyegani ke hadap Pak Jarwo nan duduk pada sepihak kiri punggungku. "Ya, acungkan tangan punggungnya," jelasnya seakan memahami keraguanku. Aku menurut kemauannya. Sekarang aku berada dalam rangking tengkurep, muka dengan front di atas permadani serta punggungku mengemuka ke atas. Pak Jarwo mendorong kedua kakiku supaya berjauhan serta mulai melumurkan patra ke bengkahan-belahan adegan retakan punggungku yang terbuka. Tanpa dapat dikontrol, uni erangan kenikmatan terluncur daripada mulutku. Pak Jarwo menambahkan lagi petro di tangannya maka mulai bertindak di gisik duburku. Aku meremas alas lantaran kenikmatan. Sambil melayani itu, jarinya mereka mencolok bolongan duburku. "Jangan tegang, biarkan semata-mata," merebak aspirasi Pak Jarwo nan agak serak. Aku jika merilekskan otot duburku beserta mengagumkan… Pak Jarwo yang pasar berminyak per mudah masuk sehingga ke pangkal. Setelah berhasil memasukkan jarinya, Pak Jarwo mulai mengobarkan jarinya keluar masuk gohong duburku. Aku seumpama membuka mataku yang kuyu oleh kenikmatan mendapatkan mengetahui Leman dan Ramli nan sedang membetulkan objek dalam dalam seluar mereka. Aku jadi merasakan semacam kenikmatan kembali menjuling mereka sedang membelek aku diterapi Pak Jarwo. Perasaan malu atas kedua muridku bertukar menjadi jiwa tersembunyi yang seolah melompat keluar setelah lama terkurung! Setelah kunjungan ujung tangan Pak Jarwo lancar pulang balik duburku dan duburku mulai beradaptasi, doi mulai berdiri di belakangku sekali lalu jarinya tengah terbenam mantap dalam duburku. Aku melihat Pak Jarwo yang saat ini menyingkap tenunan sarungnya ke atas per esa tangannya nan sedang bebas. Terhunuslah kemaluannya yang panjang lagi bengkok ke atas itu. Tampak sudah sekeras pangkal tangan kusen! "Bbbbuat apa pun ini, Pak… " tanyaku dan terperanjat. "Jangan risau… ini buat buang jantur," katanya dengan melumur patra ke tangkai kemaluannya yang sedikit besar bagi seorang yang kering beserta pendek. Selesai berbicara, Pak Jarwo menarik jarinya keluar pula serupa gantinya langsung menancapkan batangnya ke liang duburku. "ARRrgggghhggh…" refleks aku terjerit kengiluan sekali lalu mengusung sirah lagi dadaku ke atas. Kaki bawahku kendati refleks muncul ke atas. "Jangan tegang, lemaskan sedikit! " amanat Pak Jarwo dengan merenggangkan kutil punggungku. Aku berjuang memperturutkan perintahnya. Setelah aku melemaskan sedikit ototku, hampir separuh ranting Pak Jarwo terbenam ke dalam duburku. Aku mengelih Leman bersama Ramli sedang mengepal materi di dalam celana sendiri-sendiri. Setelah berhasil memasukkan setengah zakarnya Pak Jarwo menariknya keluar kembali pula lalu memasukkannya kembali sehingga semua zakarnya masuk ke dalam gerong duburku. Dia teduh dalam situ. "Sekarang Ibu merangkak membentangi nyala api kemenyan ini tiga kali," perintahnya sembari zakarnya sedang terbenam mantap dalam duburku. Aku masa ini menyerupai satwa yang berjalan merangkak serta zakar Pak Jarwo sedang terkubur pada mantapnya pada dalam duburku. Pak Jarwo beroperasi mengikutiku sambil memegangi pinggangku. "Pelan-pelan pun, Bu," perintahnya dengan menahan pinggangku agar tidak beroperasi terlalu cepat. Rupanya ia takut penisnya terlepas keluar melalui gohong duburku saat aku bekerja. Aku meski mematuhinya karena menggelinding selaku perlahan. Kulihat kedua murid Pak Jarwo waktu ini telah mengeluarkan zakar masing-masing sembari bermasturbasi demi menampak tingkahku. Aku merasa banyak malu melainkan di berlainan kelompok amat nikmat rasanya. Zakar Pak Jarwo terasa berdenyut-denyut dekat dalam duburku. Aku terlukis rupa suamiku agak-agak sedang mengikuti telingkah lakuku nan setaraf penaka satwa itu. Sementara aku merangkak sesekali Pak Jarwo menyuruhku berhenti sejenak lalu menarik senjatanya keluar beserta lalu menusukku kembali menggunakan galak sembari mengujarkan mantera-mantera. Setiap kali menerima cocok Pak Jarwo setiap kali itu agaknya aku meraung-raung kenikmatan. Lalu Pak Jarwo kendati perihal menyuruhku mendapatkan kembali merangkak maju. Demikian melayut ritus nan ego lakukan sehingga tiga lingkaran saja terasa patut lama. Setelah selesai tiga lilitan, Pak Jarwo menyuruhku berakhir selanjutnya mulai menyetubuhiku pada belakang bersama cepat. Sebelah tangannya memegang pinggangku tegap-rapat lalu sayap lagi menarik tudungku ke belakang kaya peserta rodeo. Aku menurut gerakan Pak Jarwo sambil mengguncang-goyangkan punggungku ke atas pula ke bawah. Tiba-tiba kurasakan objek yang panas mengalir di dalam liang duburku. Banyak sekali kurasakan air tersebut. Aku melakonkan kelentitku dan jariku sendiri sekali lalu Pak Jarwo memperhubungkan badannya memelukku mulai belakang. Tiba-tiba iringan kiri pinggangku pula terasa panas beserta basah. Leman rupanya baru juga orgasme selanjutnya air maninya mencurat membasahi tubuhku. Lalu putaran Ramli mendekatiku maka menyatukan zakarnya nan bermotif menderita ke segi efek dadaku. Tak lama kemudian cairan maninya bersimbur membasahi ujung putingku. Aku terus mengemut-ngemut zakar Pak Jarwo nan lagi tertanam dalam dalam duburku selanjutnya mati-matian mendapatkan mencapai kulminasi. "Arghhhhhhhrgh…" Aku meski akhirnya puncak sambil tengkurep di atas permadani bengkung. "Ya, raped bagus, Bu…" kata Pak Jarwo nan mencium andaikan aku mengalami orgasme. Pak Jarwo lalu mencabut zakarnya bersama melumurkan semua larutan nan melekat pada zakarnya ke atas punggungku sampai batangnya pas membosankan. "Jangan cuci ini sampai had tunggang gunung ya," katanya mengingatkanku sementara membetulkan tekstil sarungnya. Aku sedang lagi tengkurep lewat tutup kepalaku sudah terkesan hingga ke leher. Aku merasakan perkataan duburku sudah loloh bersama berbisnis mengemut demi menetralkannya kembali. Setelah itu aku bangun dengan memunguti pakaianku nan rondah-randih esa per Ahad. Selesai memasang busana pula berkemas sepanjang pulang setelah dipermalukan sedemikian laku, Pak Jarwo mewasiatkan. Aku semacam sosok bodoh semata-mata mengangguk beserta memungut uncang sekolahku lalu terus menuruni tingkatan rumah Pak Jarwo. Sejak itu sampai hari ini, duet kali seminggu aku rutin mengunjungi Pak Jarwo menurut menunaikan pengobatan nan bermacam-macam. Leman dan Ramli nan sedang membiasakan pada Pak Jarwo berantara lumayan mulai ditugaskan Pak Jarwo untuk tiru menterapiku. Walaupun tidak tahu jelas, aku merasa bahwa suamiku bersilir-silir mulai meninggalkan affairnya. Yang tegas, masa ini sulit rasanya bagiku selama menyudahi terapiku bergabung Pak Jarwo bersama murid-muridnya. Sepertinya aku sudah suka akan menjumpai menikmati pengobatan sesuai itu.